
Final Fantasy XVI adalah entri terbaru dalam franchise ikonik Square Enix yang membawa perubahan besar terhadap formula klasiknya. Jika biasanya seri Final Fantasy identik dengan sistem RPG berbasis party dan turn-based, kali ini pendekatannya jauh berbeda. Banyak pemain Raja Slot bahkan merasa bahwa FFXVI lebih mirip game action daripada RPG tradisional. Lalu, apa yang membuatnya terasa seperti itu?
1. Sistem Pertarungan Real-Time ala Hack-and-Slash
Perubahan terbesar tentu ada pada sistem combat. Final Fantasy XVI benar-benar meninggalkan turn-based dan bahkan semi-action ala FFXV, lalu memilih gaya pertarungan real-time penuh.
- Clive Rosfield bertarung dengan pedang dan sihir dalam gaya combo cepat, mirip Devil May Cry.
- Tidak ada giliran atau perintah ke party; semua aksi terjadi secara langsung di layar.
- Timing dodge dan parry jauh lebih penting daripada perhitungan strategi ala RPG klasik.
Dengan formula ini, pemain dituntut menguasai refleks, bukan sekadar angka status atau strategi berbasis giliran.
2. Fokus pada Satu Karakter
Dalam RPG klasik Final Fantasy, pemain biasanya mengontrol sebuah party berisi 3–4 karakter. Namun, FFXVI hanya fokus pada Clive sebagai protagonis. Karakter pendukung memang hadir, tapi mereka dikendalikan AI dengan peran terbatas.
Akibatnya, dinamika taktis berbasis party — seperti di FFX, XII, atau bahkan VII Remake — terasa hilang, digantikan dengan pengalaman yang lebih mirip game action solo.
3. Eikon Battles: Spektakel Action Sinematis
Summon atau Eidolon selalu menjadi elemen penting dalam seri ini. Namun di Final Fantasy XVI, peran Eikon jauh lebih besar karena menghadirkan pertarungan kolosal layaknya adegan film aksi.
Daripada sekadar memanggil Summon untuk serangan pamungkas seperti di RPG klasik, pemain benar-benar mengendalikan Eikon dalam duel epik ala kaiju. Skala dan presentasinya lebih menyerupai boss fight action cinematic ketimbang mekanik RPG tradisional.
4. Elemen RPG yang Dipangkas
Meskipun masih disebut RPG, banyak elemen klasik yang dikurangi atau disederhanakan:
- Leveling dan skill tree ada, tapi lebih linear dan sederhana dibanding seri sebelumnya.
- Exploration berbentuk area semi-open world, bukan dunia luas penuh kebebasan seperti di FFXV.
- Quest cenderung lebih fokus pada cerita ketimbang grinding atau eksplorasi mendalam.
Hal ini membuat FFXVI terasa lebih sebagai action-adventure dengan bumbu RPG, bukan RPG penuh dengan sistem kompleks.
5. Narasi Linear dan Sinematis
FFXVI menekankan narasi dengan gaya linear dan sinematis, mirip film interaktif. Cutscene panjang, dialog dramatis, dan pacing yang dikontrol ketat memberi kesan action-driven storytelling.
Berbeda dengan RPG klasik yang memberi kebebasan eksplorasi dan keputusan player, di sini pemain lebih diarahkan untuk mengikuti kisah Clive secara langsung tanpa banyak pilihan alternatif.
Kenapa Square Enix Memilih Arah Ini?
Keputusan ini kemungkinan besar untuk menarik audiens baru. Dengan menggabungkan elemen RPG ringan dengan action cepat dan visual sinematis, FFXVI lebih mudah dinikmati oleh pemain modern yang terbiasa dengan game seperti God of War atau Devil May Cry.
Meskipun begitu, hal ini juga menimbulkan debat di kalangan fans lama — apakah Final Fantasy masih bisa disebut RPG klasik, atau kini berubah menjadi game action dengan bumbu RPG?
Kesimpulan
Final Fantasy XVI terasa lebih mirip game action karena fokus pada pertarungan real-time, kontrol satu karakter, sinematisasi pertarungan Eikon, serta penyederhanaan elemen RPG klasik. Perubahan ini membuatnya lebih modern dan ramah bagi pemain baru, namun juga menimbulkan nostalgia sekaligus kekecewaan bagi sebagian penggemar lama yang merindukan sistem RPG tradisional. – https://trinitynewtown.org